Minggu, 12 Februari 2012

Perusahaan yang Dapat Bangkit dari Krisis Berkat Teknologi Informasi

LEADING WITH INFORMATION TECHNOLOGY

jajatismail.co.cc - State Street Boston Corporation (selanjutnya disebut State Street) berkantor pusat di Boston, Massachusetts. Perusahaan ini merupakan perusahaan jasa finansial untuk investor-investor institusi hampir di seluruh dunia. Saat ini, State Street mempunyai karyawan sebanyak 17.000 orang, yang tersebar pada 85 pasar-pasar dan kantor-kantor cabang di 24 negara.

Visi State Street adalah "Serving Institutional Investors Worldwide", yang kemudian diperjelas lagi menjadi "Worldwide, everything we do is built around serving institutional investors throughout the investment cycle". Siklus investasi yang dimaksud disini adalah pre-trade, trade, dan post-trade. Kesemua layanan tersebut diterapkan pada 3 (tiga) bisnis usaha State Street: layanan aset finansial global, manajemen aset, dan penjaminan transaksi komersial. Pada tahun 1994, kontribusi layanan aset finansial global, manajemen aset, dan transaksi komersial kepada pendapatan bersih State Street masing-masing sebesar 72%, 16%, dan 16%.

Sepanjang tahun 1980-an hingga awal 1990-an, State Street mendapat keuntungan finansial yang sangat menakjubkan. Sejak awal 1980-an, ROE (return on equity) dari State Street rata-rata di atas 17%. Antara tahun 1988 hingga 1993, rata-rata pertumbuhan per tahun dari fee revenue, total revenue, dan net income masing-masing 16%, 14%, dan 14%. Pada akhir tahun 1993, State Street memiliki aset finansial $1,6 triliun under custody dan $142 miliar under management. Performansi keuangan yang sangat menakjubkan ini membuat iri pesaing-pesaing State Street.

Semua prestasi tersebut dapat dicapai State Street akibat dari reengineering yang dilakukannya, mulai pertengahan tahun 1970-an. Sebelumnya, pada tahun 1975 State Street sempat mengalami krisis keuangan akibat kredit-kredit yang macet. Tekanan dari dalam perusahaan tersebut akhirnya dapat diatasi, namun tantangan dari luar perusahaan juga memaksa State Street untuk melakukan retooling besar-besaran. Tantangan luar tersebut berasal dari customer (permintaan yang semakin beragam dan kompleks), competitor (semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang terjun dalam bisnis layanan manajemen aset finansial), change (perubahan-perubahan dalam pasar dan regulasi pemerintah).

Reengineering
Pada tahun 1976, untuk mengatasi krisis keuangan saat itu, State Street melepaskan bisnis perbankan ritel-nya dan menjual bank-bank komunitas yang berafiliasi dengannya. Tindakan ini diikuti dengan perubahan fokus bisnis perusahaan ke arah layanan manajemen aset finansial dengan memanfaatkan teknologi informasi. State Street berkeyakinan bahwa potensi utama yang dimilikinya adalah sebagai penyedia informasi untuk investor-investor institusi.

Perubahan fokus bisnis di atas belum dapat berjalan baik dengan infrastruktur teknologi informasi yang ada. Oleh karena itu, pada tahun 1988, State Street melakukan kembali reengineering terhadap infrastruktur teknologi informasi. Hingga tahun 1994, sistem-sistem baru yang dihasilkan adalah Multi-Currency HORIZON (MCH) dan Global HORIZON Interchange (GHI). Kedua sistem ini tidak hanya digunakan untuk mengatasi tantangan-tantangan saat itu, melainkan juga mengantisipasi tantangan-tantangan di masa depan. Perubahan drastis terjadi dalam hubungan antara State Street dengan pelanggannya, terutama melalui GHI, dimana pelanggan terkoneksi langsung untuk mengakses informasi-informasi yang disediakan State Street secara real-time.


Model bisnis yang digunakan adalah Model Five Forces dari Porter untuk menggambarkan hubungan antara State Street dengan organisasi-organisasi ekternal. Pesaing, pendatang baru, produk pengganti, penyuplai, dan pembeli merupakan masing-masing kekuatan (force) dalam model tersebut yang dapat menjadi peluang ataupun ancaman. Untuk menghadapinya, pemanfaatan teknologi informasi menjadi "nafas" bagi kelangsungan hidup State Street. Dalam misi perusahaan, kata "teknologi informasi" bahkan diletakkan mendahului bisnis usahanya. Ini menunjukkan teknologi informasi berperan besar dalam bisnis State Street.

TEORI STRATEGI MICHAEL EUGENE PORTER DAN KETERKAITANNYA DENGAN BIDANG INFORMATIKA

Five Forces Model Porter. Analisis ini dikemukan oleh Michael E. Porter. Five Forces Model Porter adalah strategi bisnis yang digunakan untuk melakukan analisis dari sebuah struktur industri. Analisis tersebut dibuat berdasarkan 5 kekuatan kompetitif yaitu:

1. Masuknya Kompetitor. Bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada

2. Ancaman Produk atau Jasa pengganti. Cara mudah masuknya produk atau jasa yang dapat menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang dibuat dengan biaya lebih murah.

3. Daya tawar dari pembeli. Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli mempunyai kekuatan utk menentukan kemana dia akan melakukan transaksi.

4. Daya tawar dari supplier. Bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka memonopoli supply barang.

5. Persaingan di antara pemain yang sudah ada. Bagaimana kuatnya persaingan diantara pemain yang sudah ada.Apaka ada pemain yang sangat dominan atau semuanya sama.

Kadang ditambahkan kekuatan kompetitif yang ke-enam yaitu:

6. Pemerintah

porter5forces3

Five Forces Model Porter merupakan salah satu yang paling sering digunakan dalam strategi bisnis. Model ini telah banyak digunakan dalam berbagai macam kesempatan. Model Porter ini sangat kuat baik dari dalam maupun luar industri.

Mari kita bahas hal2 yang mempengaruhi kelima kekuatan tadi:

Ancaman Kompetitor baru tergantung pada:

-Skala ekonomis
-Modal utk investasi
-Akses utk distribusi
-Akses ke teknologi
-Brand loyalty, apakah pelanggan setia dengan brand tertentu
-Peraturan Pemerintah

Ancaman dari Produk, Jasa pengganti tergantung pada:

-Kualitas, Apakah kualitas pengganti tersebut lebih baik atau tidak?
-Keinginan pembeli utk beralih ke produk jasa pengganti
-Harga dan performa dari produk jasa pengganti
-Biaya utk beralih ke produk jasa pengganti. Apakah mudah utk mengubah ke produk lain.

Daya tawar dari pembeli, tergantung pada:

-Konsentrasi dari pembeli, apakah ada pembeli yang dominan atau banyaknya penjual.
-Diferensiasi dari produk, apakah produk tersebut standar atau tidak
-Profitabilitas pembeli
-Kualitas dari produk dan service
-Perpindahan biaya, seberapa mudah pembeli untuk beralih ke pemasok lain

Daya tawar dari Supplier tergantung pada:

-Konsentrasi dari supplier, Apakah banyak pembeli dan sedikit supplier
-Brand, apakah brand supplier tersebut sudah kuat
-Profitabilitas Supplier
-Pemasok masuk ke dalam industri cth produsen mengatur sendiri gerai ritelnya
-Pembeli tidak berpindah ke supplier yang lain.
-Kualitas dari Produk dan service
-Perpindahan biaya, seberapa mudah pemasok untuk mencari pelanggan baru

Persaingan di antara pemain yang sudah ada tergantung pada:

-Struktur dari kompetisi, persaingan akan semakin hebat apabila terdapat banyak industri kecil atau memiliki ukuran yang sama antar kompetitor. Sebaliknya apabila industri telah memiliki pemimpin pasar maka persaingan akan sedikit.
-Struktur dari biaya di industri. Industri yang memiliki biaya yang tinggi akan mendorong kompetitor utk menghasilkan produk dan jasa yang lebih murah.
-Tingkat diferensiasi produk. Industri yang produknya adalah komoditas biasanya akan memiliki persaingan yang besar.
-Perpindahan biaya. Persaingan akan berkurang apabila pembeli telah beralih ke biaya tinggi.
-Tujuan strategis, Jika kompetitor mengejar pertumbuhan dengan agresif maka persaingan akan semakin besar
-Ketika hambatan utk meninggalkan industri semakin tinggi maka persaingan akan semakin besar.

Apa sih manfaat dari Five Forces Model Porter ini?

-Model ini merupakan alat yang kuat utk analisis kompetitif di tingkat industri
-Memberikan input yang berguna untuk melakukan Analisis SWOT

Bagaimana pendapat anda tetang blog saya ?